Telah lama kami tak berirama
Berdendang keluarkan ritme dalam kata
Menunjukkan kecintaan kami padamu
Memberikan kasih sayang kami padamu

Tiadakah engkau sadar pada jiwa,
Tiadakah engkau tahu pada rasa?
Setiap malam kami bersandar pada rindumu
Setiap janji waktu kami menggandeng selalu cintamu

Kami tak kan pernah bosan untuk mengejarmu
kami tak kan pernah bosan untuk menatapmu
Kami tak kan pernah bosan untuk mengiringimu
dan kami berharap tak kan pernah bosan untuk menunggumu..

Penulis : Ina Dwiana Kartaatmadja

Sumber : http://inadwiana.wordpress.com/2009/11/14/tak-berharap-tak-pernah-bosan/

Hanya diam,
saat hati tak mampu lagi menahan…….
saat marah membuncah,
saat semuanya berganti dengan amarah,sesal, kecewa dan sakit hati…

Saat semuanya harus berakhir,
saat hati tak mampu lagi menahan,
sakit, kecewa hanya itu yang dirasa…

Cukup kesabaran, cukup tuk menahan, cukup tuk bertahan…diam…
ketika amarah tak mampu lagi diungkapkan…

Langkah terhenti,
saat merasa tersakiti,
saat merasa terlalu sakit…

Coba redamkan,
ikhlas, dan relakan jadi kenangan,
semuanya…

Penulis : Rizky Anggreini

Sumber : http://www.bangfad.com/sastra/saat.html

aku…
kesendirian ini selalu menggerogoti tubuhku
kesepian terus mencoba melobangi jiwaku
perih yang kurasa menusuk sampai ke tulangku
terbang di antara angan
desir ombak pun mengayuh untuk terus menggebu

asa kini menjadi butiran pasir berdebu
hitam kini bercampur menjadi kelabu
sakit yang ku rasa telah menjadi ngilu
percuma aku merindu
kau takkan akan pernah menjemputku

air salju sudah membeku
takkan ada lagi sepatah kata untukku
wahai kawanku
duduk , termangu menunggumu
itu sudah nasibku

kini kelabu menutupi kisahku
melayang jiwaku
terbang besama mimpi yang tak kan kembali
itulah aku…
hanya ini puisi dariku
puisi basah tercipta hanya untuk sangmu Primadona

Penulis : Fiza Haq

Sumber : http://www.bangfad.com/sastra/sang-primadona.html

tetap setia dengan apa yang ku pegang dalam perjalanan ini,
telah menjadi kunci bagi ku,
untuk terus tegar,
ku kan slalu mengingat semuanya.

apakah betul,
semua yang ku jalani ini.
berkat hancurnya hidupku,
dalam 16 tahun lalu,

berawal dari perpisahan mereka,
ku jalani tanpa beban,
namun,
dengan segudang tanya
muncul di benakku,
satu tanya yang ku jawab sendiri,
tanpa mengharap kritik
dan anggapan dari yang lain.
“SIAPA yang salah dalam kehidupan ku ini?”

“MEREKA!!”
begitu tega beliau berucap janji,
berbuat cinta,
hingga nyatanya aku.
namun,
berujung pada perpisahan,
yang membuat ku berani menyimpulkan itu.

lepas dari itu,
ku jalani sisa hidup
yang jauh dari belaian cinta
dan kasih sayang.

ku sadar
ku telah pincang,
satu nyawa telah di paksa keadaan
untuk ku tinggalkan.
perpisahan itu,
telah menyakitkan ku.

lalu,
datangnya sosok seorang
yang di harapkan
dapat mengganti nyawa beliau
yang ku pisahkan.
membuat ku belajar
untuk melupakan beliau.

ia coba mengasih,
namun ku tak dikasihi,
ia coba mencinta,
namun ku tak dicinta.
betapa berat
untuk menggantikan
sosok nyawa yang telah
menjadi darah
diraga ku ini.

ketika ia mengajari
dan menghasut ku
untuk membenci nyawa itu.
ku terlena,
ku hanyut dalam fitnahnya.

fitnah yang mengajarkan ku
untuk membenci sosok
yang melahirkan ku.
fitnah yang membuatku bisa
melupakan kejadian itu.
betapa hinanya aku
di kala itu.

ntah mengapa,
13 tahun sudah
ku menyalahkan kejadian itu.
hingga ku lelah akannya.
ku berkelana
mencoba peruntungan baru,
untuk mencari jawaban atas pertanyaan.
“adakah cinta
yang tersisa untukku?”

ternyata betul,
cobaan di berikan
tak pelak ada hikmah di baliknya.
ku di datangi bidadari.
seorang anak manusia,
yang telah menjelma menjadi malaikat
bagiku.

ku ingin menjaganya,
ku ingin bersamanya.
jalan untuk mewujudkan itu masih jauh,
namun,
ku bahagia
bermimpi tentang itu.

kini,
hidup adalah perjuangan bagi ku.
sahabat,
tak lain juga menjadi
faktor penguat ku
untuk melangkah
menghadapi rintangan ini.
mari kita lawan bersama
getirnya keras hidup ini
teman.

semangat selalu.

Sumber : http://www.bangfad.com/sastra/perjalanan.html

aku bukanlah benalu,…
yang hanya bisa tumbuh dan hidup
dari kehidupan “tumbuhan” lain
mengganggu dan merugikan “tumbuhan” itu

bukan pula ku layaknya hama
yang hanya bisa merusak “tumbuhan” orang lain
yang dapat dihancurkan kapan saja
ketika sang pemilik “tumbuhan” menemui titik kebencian

bukan pula q layaknya pungguk yang merindukan rembulan
berharap dapat q rasakan
keindahan akan sinarnya,…
disaat musim penghujan

tp q ingin menjadi mentari kecil
senantiasa pancarkan sinaran
berikan kehidupan pada setiap insan
senyuman senantiasa aku lemparkan
pertanda bahagia dengan kehidupan “tumbuhan” itu
juga kebahagiaan setiap insan…

Sumber : http://www.bangfad.com/sastra/mentari-kecil.html