Dimana arti sebuah kesetiaanmu
Janjimu yang pernah kau ucap dulu
Sungguh ku tak menyangka
Kau hianati diriku

Aku adalah orang yang benar-benar menyayangimu
Mencintaimu dengan sepenuh hatiku
Setelah kau tinggalkan ku sendiri
Yang bisa kulakukan hanyalah meratapinya

Tapi kini kusadar
Kau tak pantas untuk ku cintai
Kau begitu mengecewakanku
Begitu menyakitiku

Kan ku hapus semua kenangan kita

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/2010/01/kemana-kesetiaanmu.html

Kesetiaan itu milik para wanita …. ah tidak juga … banyak juga para wanita yang selingkuh. Kesetiaan itu milik para pria … ah apalagi pria … lebih banyak pria yang berselingkuh.

Kesetiaan itu adalah milik kekuatan komitmen. Ya .. diawali dengan kesadaran untuk memiliki komitmen untuk memulai kehidupan rumah tangga dengan suatu komitmen. Sadar apa yang harus dilakukan untuk menunjukkan kesetiaan itu kapan dan dimana saja. Sadar bagaimana konsekuensi ketidaksetiaan kepada pasangan hidup. Sadar bahwa kesetiaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Sadar bahwa kesetiaan itu adalah nyawa dalam kehidupan rumah tangga.

Kesadaran itu harus diiringi dengan kemauan yang kuat untuk menjaga komitmen kesetiaan itu. Semakin kuat kemauan untuk setia, maka semakin kuat kaum lelaki maupun kaum perempuan untuk saling menjaga komitmen kesetiaan itu. Komitmen itu harus dipahami dengan baik. Tidak ada beda penafsiran tentang arti dan isi komitmen setia itu. Sedikit saja beda penafsiran berarti bibit perusak kesetiaan itu mulai tumbuh.

Komitmen itu juga harus senantiasa ditinjau ulang, dievaluasi, dilihat kembali. Apakah komitmen itu harus diperbaharui. Setiap masa akan menghadapi suasana baru yang pasti akan mengantarkan pula bagaimana setiap manusia memandang kehidupan. Hidup itu dinamis, maka komitmen itu harus diselaraskan dengan masa. Pandangan awal tentang kehidupan telah menjadikan model komitmen sesuai dengan masanya, pada masa berikutnya model komitmen itu layak untuk diperbaharui, layak untuk dilihat kembali, minimal untuk mengingatkan bahwa setiap keluarga punya komitmen…. komitmen untuk saling setia.

Kesetiaan itu milik bersama. Para pria sebagai suami harus memiliki kesetiaan sebagaimana para wanita sebagai istri juga memiliki kesetiaan. Tidak ada yang harus dituntut lebih untuk memiliki kesetiaan itu. Harus adil. Saat berdekatan maupun berjauhan, kesetiaan itu adalah milik bersama. Tidak serta merta, suami yang berada di luar rumah harus lebih setia daripada wanita yang ada di rumah, atau bahkan sebaliknya.

Kesetiaan itu adalah kepercayaan. Sejauh apapun, selama apapun, sekacau apapun, kesetiaan adalah bentuk kepercayaan suami kepada istri, dan sebaliknya. Kepercayaan adalah bentuk lain dari cinta. Namun kepercayaan itu harus terjaga. Dengan apa menjaganya? Dengan DOA. Ya… dengan doa, kepercayaan kepada Allah SWT, Sang Pemilik Seluruh Makhluk, bahwa kita percayakan, kita serahkan pasangan hidup kita pada-Nya. Bahwa pasangan kita akan tetap setia, karena kita percaya, bahwa Allah juga yang akan memelihara kepercayaan kita pada pasangan kita. Sangat mungkin jika Dia akan menyampaikan tanda-tanda kesetiaan atau ketidaksetiaan pasangan kita dengan cara-Nya.

Kesetiaan itu harus melewati rentang waktu dan ujiannya. Rentang waktu memberi ruang kepada setiap pasangan untuk membuktikan kesetiaan. Setiap ujian harus dihadapi, bahkan terkadang kegagalan menghadapi ujian adalah pupuk yang sangat mujarab untuk memperkuat kesetiaan. Namun bukan berarti kegagalan menghadapi ujian yang senantiasa terulang. Jika demikian, perlu dipertanyakan, mengapa bisa terus berulang, jangan-jangan memang telah menjadi bibit ketidaksetiaan. Setiap pasangan yang belum menghadapi ujian kesetiaan seharusnya tidak banyak berpuisi cinta, karena puisi cinta hanya milik mereka yang telah teruji kesetiaannya.

Kesetiaan adalah kekal. Kesetiaan itu dibawa mati. Bahkan cukup banyak fenomena yang menjadi pelajaran bagi kita, bahwa sangat banyak para pria yang tidak memiliki keinginan mencari pasangan hidup yang baru saat ditinggal pasangan hidup sebelumnya. Karena dia ingin setia kepadanya. Banyak pula para pria yang ingin segera menyusul istrinya yang pergi mendahului menghadap Robbul Izzati, demikian pula para wanita. Yang dirasakan begitu hampa tanpa didampingi oleh pasangan hidup yang mendampingi dengan penuh kesetiaan.

— *** —

Pertanyaannya : Apakah Kita Telah Belajar untuk Menunjukkan Kesetiaan kepada Pasangan Hidup Kita, Saat Kita Bersama maupun Saat Kita Berjauhan dengannya?

Sumber : http://kesabaran.multiply.com/journal/item/148/K_E_S_E_T_I_A_A_N

Dunia berbintang ketika kau tersenyum
Hujan bergemerincing pelan menyejukkan hati disela tawamu yang hangat
ada setia yang kuberikan dalam uraian kasihku

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/2007/12/kesetiaan.html

Haru biru hatiku menatapmu……… Ketika Cinta sejati mengambilmu dariku…

Bagaikan domba kepembantaian…tanpa suara dan tanpa meronta, ku pasrah tanpa setetes air mata…..

Ketika Berlaksa-laksa hujan batu kepedihan menimpa jiwaku…… ku bungkam gemuruh dan kusingkirkan petir yang menghanguskanku… kubiarkan hanya keteduhan yang terpancar diwajahku……

Ketika waktu berhenti…. dan nafasku tecekal di tenggorokan….. gemeretak gigiku tertahan menahan pedih… pedih yang merenggut harapku…..

Namun…aku tidak akan pernah menyerah…. tidak akan pernah mengaku kalah……

aku masih punya padang rumput yang dihiasi ribuan bunga cinta…. yang setia mekar… meski berjuta kali pangkas bahakan dimakan bara …..

Aku tidak akan menyerah… meski ku tahu…. berjuta kali aku harus menderita…….

Aku tidak akan menyerah…. karena yang kutahu…. cinta tak pernah kalah…… meski maut merenggut nyawa….

Sejenak kuhela nafas….. mencoba merampas setitik nyawa…..

bukan untuk dipadu raga … namun untuk direnggang nyawa…….

Aku …adalah sang aku…. Yang setia mencinta…… meski orang memandang nista…

Meski orang mencemooh dengan tawa… bahkan menyebutku gila…….

Tapi adakah yang salah dengan cinta……

Jika Ia…. siapa yang telah mengoreksinya………

Atau siapa yang telah mendakwa penciptanya….

Hai…. kira berbicara tentang rasa…. yang tiada defenisinya…..

Kita berbicara tentang Cinta ….. yang hanya Punya Kesetiaan pada jiwa… bahkan melepas raga dari nyawa….

Sumber : http://apresiasipuisi.multiply.com/journal/item/2230